PERANG DAN KEBENARAN
angin memecah dua paru-paruku
pedang amarahmu menancap di jantungku
dan peperangan dari tatapan mata kalian
menyobek-nyobek nadiku
langkahku di antara perang dua kekuatan yang dicipta Tuhan
aku hanyalah penonton gila
tentang perebutan kuasa
surya
sinarnya menyempitkan pandangku tentang keduanya
angin
mengikat tulang dan memeras darahku hingga tak bersisa
mendung
merabunkan mata jiwaku dalam peluk senja
kepak merpati
kurindu
langit biru
harapanku
dan malam itu
membawa kebenaran dari Tuhan
kebenaran mana yang diusung manusia?
mereka saling mengada dan meniadakan!
bisik abadi
adalah kebenaran
di jiwa
dan Tuhan pengirimnya
Langkahmu
Langkahmu tersaruk mengiba,
dimaki angin yang terpana,
merobek sunyi di pintu kelam,
peluhmu terbakar tak pernah padam.
Langkahmu meniti isi perut hampa,
esok kau sadap sisa mereka,
siapa hendak menatapmu,
mengintip pun kau harus rogoh saku.
Semakin lebar hamparan curam,
langkahmu disengat sepinya malam,
hari-hari seperti diramu,
bila teringat kau tengadah bisu.
Layang-Layang Milikku
Layang-layang milikku kumanjakan kau
Membubung di langit biru
Di alam raya bersama burung-burung yang bebas
Adakah negeri-negeri bebas yang angkuh?
Satu pesan yang kusampaikan dari bumi ini
Janganlah meninggalkan daku, kemudian kau pergi
Sebab jarak antara kita akan semakin jauh
Di kota ini aku sendiri dengan pijar nasib
Laying-layang milikku, kumanjakan kau
Membubung di langit biru
Sampaikan salam; hidup teguh di sini
Nyanyian bumi dalam wujud puisi
Ibu
Ibu adalah telaga bening
yang merelakan lembut wajahnya
buat bercermin
Ibu adalah bumi
yang menyiapkan ladang
bagi kemakmuran
Ibu adalah guru
ketika kutanya langit dan bulannya
ditunjuknya kening dan dadaku
angin memecah dua paru-paruku
pedang amarahmu menancap di jantungku
dan peperangan dari tatapan mata kalian
menyobek-nyobek nadiku
langkahku di antara perang dua kekuatan yang dicipta Tuhan
aku hanyalah penonton gila
tentang perebutan kuasa
surya
sinarnya menyempitkan pandangku tentang keduanya
angin
mengikat tulang dan memeras darahku hingga tak bersisa
mendung
merabunkan mata jiwaku dalam peluk senja
kepak merpati
kurindu
langit biru
harapanku
dan malam itu
membawa kebenaran dari Tuhan
kebenaran mana yang diusung manusia?
mereka saling mengada dan meniadakan!
bisik abadi
adalah kebenaran
di jiwa
dan Tuhan pengirimnya
Langkahmu
Langkahmu tersaruk mengiba,
dimaki angin yang terpana,
merobek sunyi di pintu kelam,
peluhmu terbakar tak pernah padam.
Langkahmu meniti isi perut hampa,
esok kau sadap sisa mereka,
siapa hendak menatapmu,
mengintip pun kau harus rogoh saku.
Semakin lebar hamparan curam,
langkahmu disengat sepinya malam,
hari-hari seperti diramu,
bila teringat kau tengadah bisu.
Layang-Layang Milikku
Layang-layang milikku kumanjakan kau
Membubung di langit biru
Di alam raya bersama burung-burung yang bebas
Adakah negeri-negeri bebas yang angkuh?
Satu pesan yang kusampaikan dari bumi ini
Janganlah meninggalkan daku, kemudian kau pergi
Sebab jarak antara kita akan semakin jauh
Di kota ini aku sendiri dengan pijar nasib
Laying-layang milikku, kumanjakan kau
Membubung di langit biru
Sampaikan salam; hidup teguh di sini
Nyanyian bumi dalam wujud puisi
Ibu
Ibu adalah telaga bening
yang merelakan lembut wajahnya
buat bercermin
Ibu adalah bumi
yang menyiapkan ladang
bagi kemakmuran
Ibu adalah guru
ketika kutanya langit dan bulannya
ditunjuknya kening dan dadaku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar